a g n e s | b u l a t
Baru-baru ini ada orang yang meminta saya menjadi teman dekatnya, setelah saya menolak menjadi pacarnya.
Namun ada keraguan untuk mengiyakan tawaran ini.
Menurut saya, tidak semudah itu seseorang bisa menjadi teman dekat saya. Bukannya sombong atau bagaimana. Tetapi saya tidak ingin salah mengambil teman dekat. Cukup sudah dengan saat dimana saya memiliki orang-orang yang dekat dengan saya, namun ujung-ujungnya malah teman makan teman. Saya tidak membiarkan diri saya disakiti untuk hal yang sama.

Balik lagi ke Jojo (orang-yang-meminta-saya-menjadi-teman-dekatnya-setelah-saya-menolak-dia-jadi-pacar ), mungkin niat Jojo baik, tetapi saya rasa.... saya belum bisa menjadi teman dekat seseorang kalau tidak ada ikatan batin yang kuat. Semuanya butuh proses. Terlebih lagi, bagaimana sih rasanya kalau teman dekat kamu suka sama kamu, sementara kamu merasa biasa-biasa aja?

Setelah adu argumen untuk beberapa saat.
Akhirnya karena saya lelah menghadapinya, saya bertanya pada Jojo, "Sebenarnya menurut kamu, teman dekat itu apa?"

Dan Jojo menjawab, "Teman dekat itu sebenarnya sama seperti pacar, cuma beda status aja."

Di situ saya langsung kesal berat. Saya menjawab, "Pacar ya pacar aja. Teman dekat ya teman dekat aja."

Jojo menjawab, "Ya sama aja, care sama teman, menghabiskan waktu bersama..."

- - -

Basically, dalam membina hubungan, baik pacaran atau pertemanan, ada basic-basic yang harus diketahui agar hubungan tetap bertahan.

Saya tahu, tidak ada jaminan yang bisa menjamin suatu hubungan bisa bertahan seterusnya.
Karena sifat manusia itu bisa berubah. Bisa berubah ke positif, dan ke negatif. Berubah juga bisa karena keadaan atau lingkungan.

Saya memiliki teman dekat sejak SMP. Umur teman dekat saya ini lebih tua 2 tahun dari saya. Bersama dia, saya sadar bahwa satu hal yang pasti untuk dilakukan adalah mengembangkan relation kita. Intinya, maintenance (mempertahankan dan memelihara hubungan), komunikasi, compromise (sifat mau mengalah dan memaklumi, bukan berarti bisa seenaknya di injek-injek), dan penyelesaian konflik.

Dalam pertemanan saya yang masuk tahun ke 7 (and still counting), mungkin both of us sadar bahwa semuanya dimulai dengan pengorbanan.
Pengorbanannya bisa berupa hal-hal kecil seperti, waktu, tenaga, bahkan materi, sehingga muncul ikatan batin untuk tetap stick on relationship.

Sekalian sharing kali yah,
Saya dan teman dekat saya, biarpun sudah lama temenan, bukan berarti hubungannya bisa semulus permukaan telur. Berantem pasti pernah, tapi dari kita nggak ada yang malu untuk minta maaf bila ada yang salah. Walau kebanyakan dia yang ngotot dan saya belajar mengalah.
We went through a bitter period in our relationship at one point.
Dimana kita sama-sama keras. Yeah, a months full of fights. Tapi percaya nggak percaya, itu membuat kita sama-sama melihat seperti apa diri kita sebenarnya.
The good and the ugly.
Sekarang kita memutuskan untuk lebih menjaga sikap, dia mulai mengurangi ego dan tingkat cueknya pada saya. Jadi walaupun dia masih sibuk berkutat dengan pekerjaan atau tunangannya, kadang dia masih sempet telepon atau sms sekedar nanya kabar.

Menurut saya, ketika relationship di landa bencana atau rintangan. Itu adalah salah satu cara untuk mengetahui sejauh mana kita menghargai atau mementingkan hubungan itu.
Apabila kedua belah pihak sama-sama cuek, begitu ketemu masalah langsung pisah.
Apabila hanya 1 pihak yang berusaha mempertahankan, lama-lama ia akan capek..
Tapi bila keduanya mau berusaha, itu akan membuat hubungan semakin kuat.

Salah satu yang penting menurut saya adalah kepercayaan. Apakah orang tersebut bisa dipercaya untuk diajak berdiskusi, untuk sekedar sharing? Karena tanpa kepercayaan yang kuat, pondasi hubungan tidak akan kuat.

------

It reminds me of my friend.
Kita memang berasal dari status sosial yang berbeda, He come from a rich family, a spoiled brat...If I may say. Punya prinsip kalau segala itu bisa dibeli dengan $$$$.
Bertolak belakang sekali dengan saya.
Anyhow, suatu ketika dia sadar kalau temannya berteman dengan dia karena status sosial dia, numpang kecipratan uang, etc etc. Sakit hati lah dia, sampai dendam kesumat.

Guess what?
Dulu waktu awal-awal saya ketemuan sama dia, sadisnya amit-amit!
Kalau mau makan dan ngobrol-ngobrol nggak ada tuh di tempat yang nyaman.
Kalau lagi hujan, padahal saya lagi ada di 1 tempat yang dekat dengan tempat janjian .. nggak ada tuh jemput-jemputan.
Dimintain tolong cariin barang sampai ke ujung kota.
2 tahun temenan dan selalu ketemu di tempat yang sama, makan makanan yang sama .... nasi goreng cebanan.
Gak protes sih, walaupun jujur saja saya heran ... baru kali itu dapet teman seperti dia.

3 Years ago, pooofff .. everything changes.
Kalau lagi pergi kemana, dia beliin oleh-oleh. Biarpun cuma jeruk 1 plastikpun, entah kenapa saya senang.
Seiring berjalannya waktu, gantian dia cariin saya barang sampai ke ujung kota.
Kalau mau ngobrol dan makan, udah mulai di tempat yang memiliki 'atap' namun terkesan sederhana.

Mungkin orang memang harus diajak sengsara dulu supaya bisa menghargai suatu hal yang menyenangkan.
Belum tentu orang yang selalu senang bisa menghargai 'kejadian kecil' yang sebenarnya dimaksudkan untuk menyenangkan seseorang.
- - - - - - - -

Basic-basic itu yang menurut saya menyamakan antara hubungan pacaran dan pertemanan.

Waktu itu saya bilang sama Jojo. Mudah saja untuk saya mengiyakan tawaran dia, tapi apakah dia mau berstatuskan teman dekat dengan saya, sementara saya masih belum memupuk rasa percaya pada dia ... yang ada, kami cuma sebagai teman saja.

Saya tidak tahu apakah saya sepantasnya mengucapkan hal tsb, tapi menurut saya, itu adalah yang terbaik yang bisa saya katakan.
a g n e s | b u l a t
Seafood is one of the must-try food on my list. Aku suka mengunjungi dan makan seafood mulai dari yang di pinggir jalan sampai ke restoran.
Aku tahu, tidak semua orang bisa makan makanan laut. Faktor alergi, seperti adikku.
I do love seafood. Ah, lebih tepatnya, aku suka makan.

Selama 2 hari ini, nafsu makanku agak berkurang. Entah karena perasaan kacau balau di saat aku tahu harus melakukan apa, tapi tetap saja masih belum melakukan apa-apa.

"Aku sudah bosan seperti ini, aku ingin kamu jadi pacar aku. Kamu mau?"
Some question just leave you speachless. Especially because you dont have a sense of love for that person. 2 hari yang lalu, malam itu, di restoran Seafood, Ojo menyatakan perasaan. Aku cuma bisa tertegun, aku tahu harus menjawab apa. Tetapi aku memilih diam.

"Kasih aku waktu, 2 hari untuk menjawab."
Aku tidak mau melihat raut wajah Ojo ketika ia ragu untuk menyetujui keputusanku. Nada suaranya masih terdengar lembut, benar-benar membuatku merasa bersalah, karena sampai detik ini, aku tahu jawabannya namun belum memberitahunya. Setengah mati untuk mengucapkannya dari mulutku.

Kalau mantanku dulu, si Dawn, nggak ada deh acara ngajak dinner. Nggak ada tuh acara romantis-romantisan. He didn't give a food or anything.
I just say yes, simply because I love him. Sederhana sekali sebenarnya.
Kata sayang, menurutku adalah hal paling romantis yang ia ucapkan. His gesture said it all.

Aku dan Dawn pernah berdiskusi, "Pada dasarnya nggak ada orang yang bisa menggantikan salah satu dari kita. Karena..aku, atau kamu, tidak tergantikan. Kalau mau move on, ya jangan menyamakan orang lain dgn salah satu dari kita. Belajar menerima keunikan orang lain."

Argh, stop talking about my ex. I have my own battle to fight.
Besok aku akan menjawab Ojo.
Labels: 2 comments | edit post