a g n e s | b u l a t
Cukup lama saya berhenti menulis di sini. Tidak tahu apa yang harus saya tulis. Rasanya, otak saya blank. Sampai saya pun mencoba mencari akar permasalahannya.

Jadi begini, belakangan ini saya merasa perubahan yang cukup besar dari diri saya...
Ada perubahan yang positif dan negatif. Namun yang membuat saya tidak nyaman adalah, perubahan negatif.

Salah satunya, saya jadi bisa meremehkan orang-yang-bermasalah-dengan-saya. Meremehkan dengan basis materi.

Ngatain si dia rumahnya sepetak doang tapi banyak lagak lah, menyelipkan kata kalau tas dia palsu lah.

Kalau dipikir, betapa tidak bijaknya pemikiran dan perkataan saya. Emosi memang suka membuat otak ini tidak berjalan dengan baik.

Mobil mahal, sepatu mahal, tas mahal, atau pun ukuran rumah seringkali menjadi alasan orang untuk menambah rasa percaya diri.

Saya sendiri sempat berpikir seperti itu.

Memang sih, fisik saya nggak seberapa. Saya itu kecil, pendek, item, hidup lagi!
Nggak ada cantik-cantiknya. Namun, secara finansial saya hidup di keluarga yang cukup...lah..., dan saya punya penghasilan sendiri untuk ditabung (mayan buat beli emas kawin).

Awalnya saya tidak sadar dengan seberapa pentingnya barang-barang yang saya pakai untuk beberapa perempuan shoppaholic, entah apa pemicunya, saya mulai merasa rasa percaya diri saya bertambah karena barang-barang tersebut.

Pada akhirnya, saya hanya seonggok daging yang menggunakan barang-barang tersebut sebagai tameng. Saya tidak lagi berkembang menjadi manusia yang lebih baik, saya cenderung menjadi sombong.

Betapa tidak puasnya saya bila orang melihat saya berdasarkan apa yang saya pakai, apa yang saya kenakan, apa isi dompet saya, dan bukan pribadi saya.

Saya berpikir lagi...
Masa iya, rasa percaya diri saya hanya sebatas logo branded suatu benda?
Amit-amit!
Kalau barang-barang itu tidak ada..
Berarti saya nggak lebih baik dari si pemakai tas Fendi palsu itu dong?
Berarti rasa percaya diri saya yang ada karena benda-benda itu juga bisa dibilang...tidak sepenuhnya nyata.

Itu bukan percaya diri...
Melainkan rasa takut.

Loh kok takut?
Ketika saya menggantungkan percaya diri saya pada suatu barang, di sana sebenarnya saya sendiri tidak percaya pada diri sendiri. Ada rasa ketakutan di sana, dan saya berusaha menutupinya.

Untuk memperbaiki diri, saya menyiapkan beberapa catatan untuk mengurangi rasa sombong dan meningkatkan percaya diri.

1. Meningkatkan kualitas diri. Mengembangkan potensi yang dimiliki. Ibarat pepatah, Value for Money, bukan Money for Value.
Percaya diri tidak selalu tentang penampilan, melainkan kepribadian.
Dengan adanya perbaikan kualitas diri, secara tidak langsung kamu meningkatkan kualitas hubungan kamu dengan orang lain.

2. Membiasakan diri untuk mengontrol tindakan, emosi, dan pikiran. Hal ini membuat kamu dapat berpikir jernih untuk mencapai suatu tujuan :)
(contoh: menahan diri untuk tidak belanja dan menabung, uang tabungan bisa dibelikan sesuatu yang lebih penting)

3. Rendah diri, tidak sombong, sebab di atas langit masih ada langit.

4. Bersyukur dengan apa yang dimiliki. Bersyukur dapat mengurangi rasa sombong (Setidaknya itu bekerja bagi saya).

5. Bersosisalisasi dengan banyak orang membuat kamu bisa melihat keunikan masing-masing orang. Mempelajari sifat baiknya, memaklumi sifat buruknya, menerima keunikan seseorang, atau belajar tidak meniru perbuatan yang kurang pantas dilakukan (contoh: morotin orang....bad bad bad)
a g n e s | b u l a t
*Give a top 10 list of the things that makes you happy:
1. Family
2. My one and only boyfriend.
3. Art & Design
4. MONEY !!
5. Food
6. Shopping
7. Photography
8. Cooking
9. Hang out with my friends
10. Mmmm.. Coffe? <3

*Give a top 5 list of trivia about yourself.
1. Trying to be the best of myself.
2. I love watching National Geographic & Animal Planet
3. I love shoes and bag
4. I heart books.
5. Im not a big fan of Cheatin on Boyfriend community.

*Link the blog of the person who awarded you.
Siska